Minggu, 01 Juli 2012

MATERI PAI
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh orang Islam dalam mencapai kepribadian yang sempurna (insane kamil) sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah Rasul, untuk mendapatkan kehidupan yang selamat di dunia dan di akhirat kelak. Materi PAI mempunyai cakupan pembahasan yang luas diantaranya:
a.       Aspek Keimanan atau Aqidah
b.      Aspek Fiqih atau Ibadah
c.       Aspek Al-Qur’an dan Hadits, dan
d.      Aspek Sejarah Islam
Materi-materi tersebut akan diuraikan dengan singkat dalam pembahasan agar kita bisa mengetahui apa-apa saja yang dibahas di dalam materi PAI tersebut dan mungkin tidak terlalu menyeluruh pembahasannya.
A.    Aqidah Islam
      Menurut bahasa, aqidah artinya mengikut atau mengadakan perjanjian. Sedangkan menurut istilah yaitu suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang yang memperolehnya.
      Jadi aqidah islam kalau disimpulkan dari pengertian diatas yaitu pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim berdasarkan dalil aqli dan naqli. Dasar dari aqidah kita yaitu Al-Qur’an dan hadits, sedangkan pokok-pokok atau kandungan aqidah islam terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 285.
z`tB#uä ãAqߧ9$# !$yJÎ/ tAÌRé& Ïmøs9Î) `ÏB ¾ÏmÎn/§ tbqãZÏB÷sßJø9$#ur 4 <@ä. z`tB#uä «!$$Î/ ¾ÏmÏFs3Í´¯»n=tBur ¾ÏmÎ7çFä.ur ¾Ï&Î#ßâur Ÿw ä-ÌhxÿçR šú÷üt/ 7ymr& `ÏiB ¾Ï&Î#ß 4 (#qä9$s%ur $uZ÷èÏJy $oY÷èsÛr&ur ( y7tR#tøÿäî $oY­/u šøs9Î)ur 玍ÅÁyJø9$# ÇËÑÎÈ
Artinya:
Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
·         Iman, Islam, dan Ihsan
1.      Iman
Iman artinya percaya, menurut istilah adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan memperbuat dengan anggota badan (beramal). Dalil yang menyebutkan keimanan antara lain surah An-Nisa ayat 136.
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.
Rukun Iman ada 6 perkara, yaitu:
1)      Iman kepada Allah
Iman kepada Allah berarti sikap batin yang secara murni dan kuat mempercayai atau meyakini atas keberadaan Allah sebagai Tuhan. Tuhan adalah sembahan yang tidak ada yang patut dismbah selain Dia. Kepercayaan itu benar-benar kuat tertanam di dalam hati, sehingga tidak menerima keraguan dan kebimbangan.
2)      Iman kepada Malaikat Allah
Beriman kepada Malaikat artinya meyakini bahwa mereka itu makhluk dan hamba Allah yang mulia. Mereka mempunyai fisik yang halus yang dapat berubah-ubah bentuk dan warnanya, seperti menjelma sebagai manusia dan lain-lain lagi.
3)      Iman kepada Rasul
Rasul adalah manusia pilihan Allah SWT yang diberi amanah untuk menyampaikan wahyu atau membimbing manusia agar hidupnya berada pada jalan yang benar. Dengan demikian, para rasul adalah manusia seperti kita juga.
4)      Iman kepada Kitab-Kitab Allah
Beriman kepada kitab suci berarti meyakini adanya kitab tersebut dan meyakini kebenaran ajarannya serta menerapkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
5)      Iman kepada Qadhla dan Qadar
6)      Iman kepada Hari Akhir
Dan iman itu sendiri terdiri dari 3 tingkatan yaitu:
a)      Tingkatan Mengenal
Pada tingkatan ini seseorang baru mengenal sesuatu yang diimani.
b)      Tingkatan Keasadaran
Pada tingkat ini seseorang telah lebih tinggi, karena sesuatu yang diimani disadari dengan alasan-alasan tertentu.
c)      Tingkatan Haqqul Yaqin
Tingkatan ini adalah tingkatan paling tinggi. Seseorang mengimani sesuatu tidak hanya mengetahui dengan alasan-alasan tertentu, tetapi diikuti juga dengan ketaatan dan berserah diri kepada Allah.
2.      Islam
Menurut bahasa, islam artinya tunduk, patuh, menyerahkan diri, selamat. Sedangkan menurut istilah, islam adalah agama yang mengajarkan manusia berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Allah SWT.
3.      Ihsan
Menurut bahasa artinya berbuat baik. Menurut istilah adalah berbakti kepada Allah dengan dilandasi kesadaran dan keihklasan, berbakti kepada Allah yakni berbuat sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri, sesame manusia, maupun makhluk lainnya.
Ihsan ada empat macam, yaitu:
a.    Ihsan kepada Allah, yakni mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
b.   Ihsan terhadap diri sendiri, yakni mengerjakan segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan menghindari semua perbuatan yang mendatangkan kecelakaan atau kerugiaan pada diri sendiri.
c.    Ihsan terhadap sesama manusia, yakni berbuat baik kepada saudara berdasarkan keturunan, saudara karena tetangga, kerabat ataupun seagama. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat 36.
Artinya:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

d.   Ihsan terhadap makhluk lain (alam lingkungan), yakni berbuat baik atau memelihara alam lingkungan agar tetap lestari dan tidak punah.[1]   
Dapat disimpulkan:
·         Iman                 Tauhid/Aqidah
·         Islam                 Fiqih
·         Ihsan                 Akhlak
Kalau diibaratkan pohon. Tauhid akarnya, Fiqih rantingnya, dan Akhlak adalah buahnya.
B.     Akhlak
      Kata akhlak disadur dari bahasa Arab dengan kosa kata al-khuluq yang berarti kejadian, budi pekerti dan tabiat dasar yang ada pada manusia. Setiap manusia dilahirkan dengan tabiat dasarnya yang dibawa dari Tuhan.
Al-akhlaq adalah potensi yang tertanam di dalam jiwa seseorang yang mampu mendorongnya berbuat (baik dan buruk) tanpa didahului oleh pertimbangan akal dan emosi. Maksudnya ialah perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan sehingga menjadi kepribadian.[2]
Akhlaq sebagai yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan bahwa akhlaq itu abstrak, tidak dapat diukur dan diberi nilai oleh indrawi manusia. Untuk memberi penilaian baik atau buruknya akhlaq seseorang dilihat dari perbuatan-perbuatan yang sudah menjadi kebiasaannya, dan inilah yang disebut dengan perbuatan akhlaq.
Perbuatan akhlaq adalah tingkah laku yang muncul dari dorongan akhlaq yang berada di jiwa. Jika tingkah laku itu baik dan sudah menjadi kebiasaannya disebut akhlaqnya baik, dan demikian sebaliknya. Dengan demikian, perbuatan seseorang adalah cerminan dari akhlaknya.
            Objek Akhlak:
1)      Terhadap Khalik, diantara akhlak terhadap Allah adalah berdo’a.
2)      Terhadap Makhluk, terbagi:
a)      Benda Mati
b)      Benda Hidup:
·         Hewan
·         Tumbuhan
·         Manusia, diantaranya berakhlak terhadap diri sendiri dan orang lain.
Akhlak terhadap diri sendiri seperti menjaga kesucian diri, menjaga kehormatan diri, dll.
Akhlak dibagi dua, yaitu akhlakul karimah dan akhlak tercela
1)      Akhlak terpuji (akhlak mahmudah) disebut juga dengan akhlakul karimah yang berarti mulia. Akhlakul karimah biasanyadisamakan dengan perbuatan atau nilai-nilai luhur tersebut memiliki sifat terpuji. Diantara akhlak terpuji kepada Allah ialah:
a.       Ikhlas yaitu memurnikan niat hanya semata-mata mencari ridha Allah atau semata-mata menaati perintah-Nya.
b.      Taat yaitu tunduk, patuh, dan setia kepada Allah SWT dan Rasulnya, baik dalam bentuk pelaksanaan perintah maupun meninggalkan larangan-Nya.
c.       Khauf yaitu takut, yakni takut akan murka Allah SWT apabila terkena ancaman atau siksa-Nya.
d.      Taubat yaitu kembali, yakni kembali kejalan yang benar, menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan.
e.       Tawakal yaitu berserah diri kepada Allah SWT atau menyerahkan suatu urusan kepada kebijakan Allah SWT yang mengatur segala-galanya.[3]
f.       Ikhtiar yaitu memilih, yakni berusaha karena pada hakikatnya orang yang berusaha berarti memilih.
g.      Sabar berarti tahan menderita sesuatu, tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, dan tidak lekas putus asa. Sabar dalam ketaatan berarti melaksanakan tugas atau kewajiban dengan ikhlas, tidak mengerutu atau mengeluh saat menghadapi kesultan dalam pelaksaan tugas.
h.      Syukur berarti berterima kasih kepada Allah SWT atas karunia yang di anugerahkan kepada dirinya.
i.        Qanaah berarti rela menerima kenyataan hidup yang dialami, tidak berkeluh kesah, tidak pula mengangan-angan kesenangan yang diterima orang lain.
j.        Husnuzan yaitu prasangka, perkiraan, dugaan baik.
k.      Tawadhu’ berarti rendah hati, tidak menampakkan kemampuan yang dimiliki.
l.        Tasamuh berarti sikap tenggang rasa, saling menghormati, saling menghargai sesama manusia.
m.    Taawun yaitu tolong-menolong, gotong royong, bantu-membantu dengan sesama manusia.

Diantaranya juga akhlak terpuji kepada diri sendiri ialah:
a.       Berilmu yang berarti berpengetahuan dan pandai terhadap sesuatu.
b.      Kerja keras berarti bersungguh-sungguh, bersemangat tinggi dalam mengerjakan sesuatu, tekun dan ulet, tidak mudah menyerah apabila menghadapi kendala atau kesulitan.
c.       Kreatif berarti banyak akal atau memiliki daya cipta.
d.      Produktiif berarti banyak mendatangkan hasil dan banyak menghasilkan sesuatu.
Akhlak terpuji dalam pergaulan remaja diantaranya ialah:[4]
a.       Taaruf dan tafahum. Taaruf yaitu saling mengenal, saling mengetahui dan Tafahum yaitu saling memahami, saling mengetahui secara mendalam kondisi orang lain.
b.      Taawun dan tasamuh.
c.       Jujur dan adil. Jujur berarti lurus hati dan tidak curang. Adil yaitu tidak berat sebelah (tidak memihak) dan tidak sewenang-wenang.
d.      Amanah (orang yang dipercayai) dan menepati janji berarti berbuat sesuatu sesuai dengan janji yang telah diucapkan. 
2)      Akhlak tercela (akhlak yang buruk).
Diantara akhlak tercela kepada Allah yang harus dihindari ialah:
a.       Riya’ berarti memperlihatkan atau pamer, yaitu memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik barang maupun perbuatan baik yang dilakukan, dengan maksud agar orang lain dapat melihatnya dan akhirnya memujinya.[5]
b.      Nifaaq berarti pura-pura pada agamanya, yakni sikap yang tidak menentu, tidak sesuai antara ucapan dan perbuatannya.
Akhlak tercela kepada diri sendiri yang perlu dihindari diantaranya ialah:
a.       Ananiah berarti sikap keakuan, sikap mementingkan diri sendiri, kurang memerhatikan orang lain atau yang sering disebut egois.
b.      Putus asa  berarti habis harapan, tidak ada harapan lagi.
c.       Ghadab berarti merasa sangat tidak senang dan panas (karena dihina, diperlakukan kurang baik) dan sebagainya.
d.      Tamak yang berarti rakus, yakni terlampau besar nafsunya terhadap keduniaan.
e.       Takabur yang berarti sombong, merasa dirinya yang benar.
Akhlah tercela kepada sesama yang harus dihindari ialah:
a.       Hasad berarti iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain beruntung atau mendapatkan kesenangan.
b.      Dendam berarti keinginan yang keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan.
c.       Ghibah yaitu membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya dan kejelakan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya.
d.      Fitnah yaitu membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya sedangkan kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar.
e.       Namimah berarti mengadu domba, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang (yang belum tentu benar) kepada orang lain dengan maksud agar terjadi perselisihan antara keduanya.
C.    Fiqih
a.   Pengertian Ibadah
Ibadah menurut bahasa artinya menghambakan diri, tunduk dan patuh terhadap Allah SWT. Sedangkan menurut syara’ Ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu antara lain:
·      Taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya.
·      Sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa ucapan atau perbuatan.
·      Seluruh ketaatan dan kesetiaan terhadap hokum dan undang-undang Allah SWT, baik ketaatan lahir maupun bathin.
b.   Pembagian Ibadah
Ibadah itu terbagi tiga bagian dari segi kompunen tubuh yang bekerja, yaitu:
1)      Ibadah Qalbiyah, yang berkaitan dengan hati seperti rasa khauf (takut), raja (mangharap), mahabbah (cinta), dan sebagainya.
2)      Ibadah Lisaniyah Qalbiyah, seperti membaca tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati.
3)      Ibadah Badaniyah Qalbiyah, yaitu dengan fisik dan hati. Seperti shalat, zakat, haji, jihad, dan sebagainya.
Ibadah terbagi dua macam dari segi ketentuan Allah dan Rasul, yaitu:
1)      Ibadah Mahdhah, yakni ibadah yang sudah ditentukan baik waktu, ukuran maupun caranya. Misalnya shalat, zakat, puasa, haji, dan lain-lain.
2)      Ibadah Ghairu Mahdhah, yakni ibadah yang tidak ditentukan waktu dan ukuran kadarnya. Misalnya shadaqah, membaca Al-Qur’an , menolong orang yang dalam keadaan duka dan lain-lain.
Dengan penjelasan tersebut sehingga tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak bernilai ibadah. Islam adalah satu-satunya agama yang menegaskan bahwa bekerja adalah ibadah karena seluruh aspek kehidupan manusia harus bernilai ibadah.
Termasuk juga mencintai Allah dan Rasul, takut kepada Allah dan taubat kepada-Nya, ikhlas dalam beribadah, menerima hukum-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, rela terhadap keputusan-Nya, berserah diri (tawakkal) kepada-Nya, mengharap rahmat-Nya dan takut akan siksa-Nya adalah termasuk beribadah kepada Allah SWT.[6]
c.    Perintah Ibadah
Surah Al-Baqarah ayat 177
* }§øŠ©9 §ŽÉ9ø9$# br& (#q9uqè? öNä3ydqã_ãr Ÿ@t6Ï% É-ÎŽô³yJø9$# É>̍øóyJø9$#ur £`Å3»s9ur §ŽÉ9ø9$# ô`tB z`tB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# Ïpx6Í´¯»n=yJø9$#ur É=»tGÅ3ø9$#ur z`¿ÍhÎ;¨Z9$#ur tA#uäur tA$yJø9$# 4n?tã ¾ÏmÎm6ãm ÍrsŒ 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur tûüÅ3»|¡yJø9$#ur tûøó$#ur È@Î6¡¡9$# tû,Î#ͬ!$¡¡9$#ur Îûur ÅU$s%Ìh9$# uQ$s%r&ur no4qn=¢Á9$# tA#uäur no4qŸ2¨9$# šcqèùqßJø9$#ur öNÏdÏôgyèÎ/ #sŒÎ) (#rßyg»tã ( tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur Îû Ïä!$yù't7ø9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏnur Ĩù't7ø9$# 3 y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# (#qè%y|¹ ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbqà)­GßJø9$# ÇÊÐÐÈ
Artinya:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.

              Pada ayat tersebut Allah SWT memberikan penjelasan kepada semua umat manusia, bahwa kebaktian kepada Allah itu bukanlah sekedar menghadapkan muka kepada sesuatu arah tertentu, yang terus diperdebatkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani, namun kebaktian yang sebenarnya ialah beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, beriman kepada hari akhir sebagai tujuan akhir dari kehidupan dunia, beriman kepada malaikat yang diantara tugasnya menyampaikan wahyu kepada para rasul, beriman kepada semua kitab suci yang diturunkan oleh Allah dan beriman kepada semua Nabi Allah tanpa membeda-bedakannya.[7]
              Agar supaya amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT, maka ibadah yang kita lakukan harus dikerjakan dengan rasa ikhlas untuk mencari keridhoan Allah semata. Karena amal ibadah yang ditujukan kepada selain Allah, maka tidak ada nilainya karena ibadah yang demikian itu tidak akan diterima, bahkan bisa termasuk bagian dari perbuatan syirik.

D.    Al-Qur’an Hadits
a)      Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an berasal dari bahasa arab yang berarti bacaan. Sedangkan menurut istilah Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, melalui malaikat dengan lafal dan maknanya.
b)      Pengertian Hadits
            Kata hadits berasal dari bahasa arab yang berarti baru, muda, cerita, berita, dan riwayat dari Nabi Muhammad SAW.
c)      Fungsi Al-Qur’an dan Hadits
1)      Fungsi Al-Qur’an yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, diantaranya dalam surah Al-Baqarah: 185.
ãöky­ tb$ŸÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmŠÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4 `yJsù yÍky­ ãNä3YÏB tök¤9$# çmôJÝÁuŠù=sù ( `tBur tb$Ÿ2 $³ÒƒÍsD ÷rr& 4n?tã 9xÿy ×o£Ïèsù ô`ÏiB BQ$­ƒr& tyzé& 3 ߃̍ムª!$# ãNà6Î/ tó¡ãŠø9$# Ÿwur ߃̍ムãNà6Î/ uŽô£ãèø9$# (#qè=ÏJò6çGÏ9ur no£Ïèø9$# (#rçŽÉi9x6çGÏ9ur ©!$# 4n?tã $tB öNä31yyd öNà6¯=yès9ur šcrãä3ô±n@ ÇÊÑÎÈ
Artinya:
(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Menurut ayat tersebut fungsi Al-Qur’an ada tiga macam, yaitu:
·         Sebagai petunjuk hidup manusia
·         Sebagai penjelasan dari petunjuk tersebut
·         Sebagai pembeda antara yang benar dan yang salah
2)      Fungsi hadits diantaranya adalah sebagai berikut:
·         Mengukuhkan hokum-hukum yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an
·         Menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat mujmal (global)
·         Membatasi keumuman Al-Qur’an
·         Menetapkan hokum yang belum terdapat di dalam Al-Qur’an
E.     Sejarah Kebudayaan Islam
Islam lahir di Mekah tahun 611 M ditandai dengan turunnya ayat Al-Qur’an yang pertama. Mula-mula ajaran Islam ini berkembang di Mekah dan Madinah, kemudian berkembang di seluruh Timur Tengah, Eropa Selatan, dan ke timur hingga Indonesia. Mula-mula Islam dibawa oleh para pedagang Gujarat, kemudian diikuti oleh orang-orang Arab dan Persia. Para pedagang Gujarat ini pada umumnya memeluk Islam. Sambil berdagang, mereka menyebarkan ajaran Islam di tempat-tempat mereka berlabuh.
Islam masuk ke Indonesia
Ada beberapa pendapat mengenai masuknya Islam ke Indonesia. Pendapat tersebut mereka kemukakan berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan. Pendapat yang menyatakan pengaruh Islam mulai masuk ke Indonesia adalah antara abad ke-7 dan ke-8 telah terdapat perkembangan orang Islam di sekitar Selat Malaka.
Pendapat lain menyatakan pengaruh Islam mulai masuk ke Indonesia abad ke-11. Pendapat ini mendasarkan bukti pada sebuah batu nisan Fatimah binti Maimun yang dikenal dengan Batu Leran di daerah Tuban Jawa Timur yang berangka tahun 1082 M. Ada juga yang berpendapat pengaruh Islam mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-13. Pendapat ini berdasarkan bukti-bukti berikut.
·         Batu nisan Sultan Malik al Saleh berangka tahun 1297 M. Sultan Malik al Saleh adalah Raja Samudra Pasai pertama yang masuk Islam. Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Nusantara.
·         Catatan perjalanan Marco Polo yang pernah singgah di Kerajaan Perlak (1292). Dalam catatannya menceritakan penduduk kota Perlak telah menganut Islam, sedangkan di luar kota belum (masih animisme dan dinamisme).
·         Catatan Ibnu Battuta (1345-1346) yang menyatakan bahwa bangsa penguasa Samudra Pasai menganut paham Syafi’i. Hal ini membuktikan bahwa agama Islam sudah berkembang di Samudra Pasai.
·         Catatan Ma-Huan musafir Cina ini memberitakan pada awal abad ke-15 M, sebagian besar masyarakat di pantai utara Jawa Timur telah memeluk agama Islam.
·         Suma Oriental dari Tome Pires musafir Portugis memberitahukan tentang penyebaran Islam antara tahun 1512 sampai tahun 1515 M, meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga Kepulauan Maluku.
Faktor pendukung Islam cepat berkembang di Indonesia
Faktor-faktor yang mendukung penyebaran Islam cepat berkembang di Indonesia adalah sebagai berikut.
  • Ajarannya sederhana, mudah dimengerti dan diterima.
  • Syaratnya mudah, hanya dengan ucapkan kalimat Syahadat, yang berisi pengakuan adanya “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah”
  • Islam tidak mengenal kasta, sehingga lebih menarik bagi rakyat biasa yang jumlahnya justru lebih besar.
  • Upacara-upacara keagamaan sangat sederhana.
  • Islam disebarkan dengan cara damai lewat kesenian dan akulturasi dengan kebudayaan setempat.
  • Jatuhnya Majapahit dan Sriwijaya menyebabkan kerajaan-kerajaan Islam berkembang pesat.
Saluran penyebaran Islam di Indonesia
Saluran-saluran penyebaran Islam yang digunakan pada abad ke-13 sampai abad ke-16 adalah seperti berikut ini.
  • Perdagangan, yaitu penyebaran ajaran Islam yang dilakukan oleh seorang pedagang Islam kepada pedagang lain.
  • Perkawinan, seorang penganut Islam menikah dengan seorang yang belum menganut Islam, sehingga pasangannya ikut masuk Islam.
  • Kesenian, yaitu penyebaran Islam dengan menggunakan media seni wayang, musik rebana, syair, dan sebagainya.
  • Akulturasi dan asimilasi kebudayaan, hal ini dilakukan dengan menggunakan unsur-unsur kebudayaan lama untuk usaha penyebaran Islam. Misalnya menggunakan doa-doa Islam dalam upacara adat seperti kelahiran, selapanan, perkawinan, seni wayang kulit untuk dakwah. dan sebagainya.
  • Pondok pesantren adalah perguruan khusus ajaran agama Islam. Penyebaran lewat pondok pesantren berarti penyebaran melalui perguruan Islam.
Kita cukup bangga dengan cara-cara damai Islam berkembang pesat di Indonesia. Berkat peranan ulama yang bijaksana, dalam waktu yang singkat Islam menyebar ke seluruh Indonesia. Sampai sekarang Islam menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia, serta menjadi benteng yang sangat kuat bagi munculnya paham-paham atheisme yang masuk ke negara kita.



















DAFTAR PUSTAKA

Djoko Santosa, Tri. Modul Pembelajaran Aqidah Akhlak Semester I kelas VII, Arafah Mitra Umum, Ct. VI, tth.

Ritonga, Rahman. Akhlak (Merakit Hubungan Dengan Sesama Manusia), Surabaya, Amelia Surabaya, 2005.

T, Ibrahim dan H. Darsono. Membangun Akidah dan Akhlak untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah, Solo, PT Tiga Serangkai, 2009.

Ibnu Taimiyah, Al-‘Ubudiyah (Hakekat Penghambaan Manusia Kepada Allah), Surabaya, PT Bina Ilmu, ct. pertama, 1982.

Qur’an Hadits Mts Kls 1, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam DEPAG RI, Ct. II, 2002.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2010.




[1] Tri Djoko Santosa, dkk., Modul Pembelajaran Aqidah Akhlak Semester I kelas VII, (Arafah Mitra Umum, Ct. VI), h. 16
[2] Rahman Ritonga. Akhlak (Merakit Hubungan Dengan Sesama Manusia), Surabaya: Amelia Surabaya, 2005, h. 7.

[3] Ibrahim, T dan H. Darsono. Membangun Akidah dan Akhlak untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah, (Solo: PT Tiga Serangkai, 2009), h. 28.

[4] Ibrahim, T dan H. Darsono. Membangun Akidah dan Akhlak untuk Kelas IX Madrasah Tsanawiyah, (Solo: PT Tiga Serangkai, 2009), h. 70.

[5] Ibrahim, T dan H. Darsono. Membangun Akidah dan Akhlak untuk Kelas IX Madrasah Tsanawiyah, (Solo: PT Tiga Serangkai, 2009), h. 98.
[6] Ibnu Taimiyah, Al-‘Ubudiyah (Hakekat Penghambaan Manusia Kepada Allah), (Surabaya: PT Bina Ilmu, ct. pertama, 1982).
[7] Qur’an Hadits Mts Kls 1, (Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam DEPAG RI, Th 2002, ct. 2).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar